Masjid Jogokariyan
Assalamualikum wr wb
,kembali lagi bertemu dengan kami ,pada kesempatan kali inikami akan membahas
tentang sejarah singkat Masjid Agung Magelang berikut singkt ceritanya .
Berawal
dari langgar kecil di pojok kampung, masjid jogokariyan kini menjadi
tempat yang dituju banyak orang ketika tengah berada di Yogyakarta. Di samping
memiliki fungsi utama sebagai kebanyakan tempat ibadah umat Islam, masih ada
keistimewaan yang bisa ditelisik dari masjid di Jl. Jogokaryan no. 36,
Mantrijeron, Kota Yogyakarta, ini.
Pengurus masjid
jogokarian menetapkan tiga langkah dalam mengurus masjid, yakni pemetaan,
pelayanan, dan pemberdayaan. Pemetaan ini merujuk pada peta dakwah yang jelas,
wilayah kerja nyata, dan jamaah terdata.
Pendataan
yang dilakukan terhadap jamaah mencakup potensi, kebutuhan, peluang, tantangan,
kekuatan, dan kelemahan. terdapat pula sensus masjid yang dilakukan setahun
sekali guna menghasilkan data
base dan peta dakwah komprehensif.
Tak
hanya data berupa Kartu Keluarga (KK), warga mana, dan
pendidikan, tapi juga siapa saja yang salat dan yang belum, yang berjamaah
di masjid dan yang tidak, yang sudah berkurban dan berzakat, juga yang aktif
mengikuti kegiatan masjid.
Peta
Dakwah jogokarian memperlihatkan gambar kampung yang rumah-rumahnya
berwarna-warni, yakni hijau, hijau muda, kuning, dan merah. Di tiap rumah,
ada juga atribut ikonik berupa Kakbah (sudah berhaji), unta (sudah berkurban),
koin (sudah berzakat), peci, dan lain-lain. Konfigurasi rumah itu dipakai untuk
mengarahkan para dai yang mencari rumah warga.
Berbeda dengan yang lain, Masjid Jogokariyan
selalu berupaya keras agar di tiap pengumuman, saldo infak harus nol rupiah.
Hal ini dilakukan lantaran pengumuman infak jutaan akan sangat menyakitkan
ketika tetangga masjid ada yang tak bisa ke rumah sakit sebab tak punya biaya
atau tengah terlilit kesulitan lain.
Hasil
infak dinilai benar-benar harus dipergunakan, bukan ditimbun sampai jumlah
sangat banyak. Dengan pengumuman saldo infak sama dengan nol, jamaah diharapkan
lebih semangat mengamanahkan hartanya.
Dimulai sejak 2005, jumlah biaya
setahun dihitung, dibagi 52, sehingga ditemukan biaya setiap pekan. Lalu, angka
itu dibagi lagi dengan kapasitas masjid; ketemu biaya per tempat salat. Jamaah
diberitahu bahwa dalam sepekan mereka berinfak dalam jumlah tersebut, maka
termasuk jamaah mandiri.Jika lebih, dia jamaah pensubsidi. Namun kalau kurang, dia termasuk jamaah disubsidi. Gerakan jamaah mandiri ini sukses menaikkan infak setiap pekan hingga 400 persen. Ternyata, orang malu jika ibadah sampai disubsidi.
Itulah sedikit
informasi tentang Masjid
Tua Palopo ,Untuk itu bagi
anda yang ingin membangun maupun merenovasi masjid, percayakan semua kepada
kami.dengan begitu hasil bangunan kubah bisa maksimal dari seluruh aspek ,kami
sudah berpengalaman lama dalam bidang ini .
Mau membangun Kubah Masjid yang bahan GRC atau
enamel bisa mudahcaranya silahkan hubungi kami untuk konsultasi
desain, harga dan cara memulai pekerjaan.
Kami sudah memiliki banyak pengalaman mengerjakan kubah masjid baik di
perkotaan maupun di pedesaan, bahkan sampai ke pelosok pedalaman.
HUBUNGI NO WA 0812-1572-277
(T_Sel)